Nama: Rusliana
Kelas : 3EA03
NPM :1621501
Definisi Perilaku Konsumen
PENGERTIAN
PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika
seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan,
serta pengevaluasian produk dan jasa
demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk
membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga
jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan
untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan
yang matang.Menurut John C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan
perilaku konsumen sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan
proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi berbagai produk,jasa dan
pengalaman serta ide-ide.
Prilaku konsumen menurut para ahli :
Menurut
Lamb, Hair dan Mc.Daniel menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses
seorang pelanggan dalam membuat keputusan untuk membeli, menggunakan serta
mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli, juga termasuk faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk.(Rangkuti,2002:91)
Menurut
Engel, Blackwell dan Miniard, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan
produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan ini.
Perilaku
konsumen dapat disarikan dari semua definisi diatas sebagai studi tentang
proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam memilih, membeli,memakai serta
memanfaatkan produk,jasa,gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan
kebutuhan dan hasrat konsumen.
Perilaku
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya yaitu pendapatan, selera konsumen dan harga barang. Setiap
hari kita melakukan pemilihan atau menentukan skala prioritas karena kebutuhan
yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia sangat terbatas. Konsep
pemilihan ini merupakan perilaku mendasar dari konsumen. Konsep dasar perilaku
konsumen menyatakan bahwa konsumen selalu berusaha untuk mencapai kegunaan
maksimal dalam pemakaian barang yang dikonsumsinya. Kegunaan (Utility) adalah
derajat seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan
seseorang.
Jika dilihat
dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang maka dapat dibedakan
mejadi dua :
1. Perilaku Konsumen Rasional
1. Perilaku Konsumen Rasional
Suatu
konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut :
·
Barang tersebut
dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
·
Barang tersebut
benar-benar diperlukan konsumen
·
Mutu barang
terjamin
·
Harga sesuai
dengan kemampuan konsumen
2. Perilaku Konsumen Irasional
Suatu
perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen
tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya
yaitu :
·
Tertarik dengan
promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik
·
Memiliki merk
yang sudah dikenal banyak konsumen
·
Ada bursa obral
atau bonus-bonus dan banjir diskon
·
Prestise atau
gengsi
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku konsumen adalah hal yang
mendasari dalam suatu pengambilan keputusan. Biasanya sebelum maupun sesudah
melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang
mendasari pengambilan keputusan yakni sebagai berikut :
1.
Pengenalan Masalah (Problem Recognition)
Seorang
konsumen akan membeli suatu barang atau produk sebagai solusi atas permasalahan
yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak
dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian Informasi (Information Source)
2. Pencarian Informasi (Information Source)
Setelah
konsumen memahami masalah yang ada maka konsumen akan termotivasi untuk mencari
informasi . proses pencarian informasi dapat berasal dari pengalaman pribadi
maupun pengalaman orang lain
3. Mengevaluasi Alternatif (Alternative Evaluation)
3. Mengevaluasi Alternatif (Alternative Evaluation)
Setelah
berbagai macam informasi didapat maka konsumen akan mengevaluasi alternative
yang ada untuk mengatasi permasalah yang dihadapi.
4. Keputusan
Pembelian (Purchase Decision)
Setelah
beberapa alternative strategis yang ada dievaluasi maka konsumen akan membuat
keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan
pembelian dengan menciptakan pembelian yang actual tidak sama dikarenakan
adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan
5. Evaluasi Pasca Pembelian (Post-Purchase Evaluation)
5. Evaluasi Pasca Pembelian (Post-Purchase Evaluation)
Proses
evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan
keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan
evaluasi apaka produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini akan
terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap produk tersebut. Konsumen
akan puas jika produk sesuai dengan harapan dan selanjutnya itu akan
meningkatkan permintaan akan merk produk tersebut pada masa depan. Namun
sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tidak sesuai dengan
harapan dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan
FAKTOR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam suatu
pengambilan keputusan tentu saja tidak lepas dari faktor-faktor yang
memengaruhi, berikut ini terdapat beberapa factor internal yang relevan
terhadap proses pembuatan keputusan pembelian
1. Motivasi (Motivation)
Merupakan
suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu
2. Persepsi (Perception)
Merupakan
hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya
berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut
3. Pembentukan Sikap (Attitude Formation)
Merupakan
penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak
suka seseorang akan suatu hal
4. Integrasi (Integration)
Merupakan
kesatuan antara sikap dan tindakan atau respon atau sikap yang diambil
PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN
Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi suatu barang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pendekatan Kardinal
1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan
Kardinal atau asumsi memiliki dasar sebagai berikut :
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur
b. Makin banyak barang yang dikonsumsi makin besar kepuasan
c. Terjadi hokum The Law of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasa setiap satu-satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun). Hokum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility Curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hokum gossen
d. Tambahan kepuasan atau tambahan 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal sedangkan jika konsumen tidak memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka konsumen akan membayar dengan harga murah
2. Pendekatan Ordinal
a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur
b. Makin banyak barang yang dikonsumsi makin besar kepuasan
c. Terjadi hokum The Law of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasa setiap satu-satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun). Hokum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility Curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hokum gossen
d. Tambahan kepuasan atau tambahan 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal sedangkan jika konsumen tidak memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka konsumen akan membayar dengan harga murah
2. Pendekatan Ordinal
Mendasar
pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuntitatifkan dan antara satu konsumen
dengan konsumen yang lainnya akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam
mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama, oleh karena itu muncul
pendekatan ordinal yng menujukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam
model kurva indifferent (kurava yang menggambarkan hubungan antara dua jenis
barang dimana konsumen mendapatkan kepuasan yang sama pada tiap-tiap titik
kombinasi kuantitas kedua jenis tersebut). Pendekatan ordinal berdasarkan
pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain lalu memberikan urutan dari
hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal adalah untuk
pengukuran indeks prestasi atau pengukuran yang sifatnya kualitatif misalnya
bagus, sangat bagus, paling bagus.
1. Elastisitas Permintaan
Yaitu mengukur perubahan relative dalam
jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya (ceteris paribus). Tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan
yaitu:
Elastisitas Harga (Price Elasticity of
Demand)
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga
barang itu sendiri. Elastisitas harga(Ep) mengukur berapa persen permintaan
terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.
Faktor penentu elastisitas permintaan :
- Tingkat kemampuan
barang-barang lain untuk mengganti barang yang bersangkutan
- Persentasi pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
- Jangka waktu didalam mana permintaan itu dianalisa.
- Persentasi pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
- Jangka waktu didalam mana permintaan itu dianalisa.
2. Elastisitas penawaran
Elastisitas penawaran didefinisikan sebagai
ukuran kepekaan jumlah penawaran suatu barang dengan harga barang itu sendiri.
Elastisitas penawaran mengukur persentase perubahan jumlah penawaran yang
terjadi akibat persentase perubahan harga. Sebagai contoh, jika harga sebuah
barang naik 10%, jumlah penawarannya naik 20%, maka koefesien elastisitas
permintaannya adalah 20%/10% = 2. (Case & Fair, 1999: 119). Jumlah barang
yang ditawarkan, dalam jangka pendek, berbeda dengan jumlah barang yang
diproduksi, karena sebuah perusahaan biasanya tidak langsung menawarkan semua
produknya ke konsumen, melainkan menyimpan sebagian produknya untuk dijual
dikemudian hari (atau biasa disebut sebagai stok barang). Meskipun
demikian, dalam jangka panjang, jumlah barang yang ditawarkan dianggap sama
dengan jumlah barang yang diproduksi
(sumber : www.wikipedia.com
dan staff.gunadarma.ac.id )