Minggu, 29 September 2013

PERILAKU KONSUMEN



Nama: Rusliana
Kelas : 3EA03
NPM :1621501

Definisi Perilaku Konsumen
PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.Menurut John C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi berbagai produk,jasa dan pengalaman serta ide-ide.
Prilaku konsumen menurut para ahli :
Menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan untuk membeli, menggunakan serta mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli, juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk.(Rangkuti,2002:91)
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Perilaku konsumen dapat disarikan dari semua definisi diatas sebagai studi tentang proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam memilih, membeli,memakai serta memanfaatkan produk,jasa,gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat konsumen.

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu pendapatan, selera konsumen dan harga barang. Setiap hari kita melakukan pemilihan atau menentukan skala prioritas karena kebutuhan yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia sangat terbatas. Konsep pemilihan ini merupakan perilaku mendasar dari konsumen. Konsep dasar perilaku konsumen menyatakan bahwa konsumen selalu berusaha untuk mencapai kegunaan maksimal dalam pemakaian barang yang dikonsumsinya. Kegunaan (Utility) adalah derajat seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan seseorang.
Jika dilihat dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang maka dapat dibedakan mejadi dua :

1. Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut :
·        Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
·        Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen
·        Mutu barang terjamin
·        Harga sesuai dengan kemampuan konsumen

2. Perilaku Konsumen Irasional
Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu :
·        Tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik
·        Memiliki merk yang sudah dikenal banyak konsumen
·        Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon
·        Prestise atau gengsi

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku konsumen  adalah hal yang mendasari dalam suatu pengambilan keputusan. Biasanya sebelum maupun sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan yakni sebagai berikut :

1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)
Seorang konsumen akan membeli suatu barang atau produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.

2. Pencarian Informasi (Information Source)
Setelah konsumen memahami masalah yang ada maka konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi . proses pencarian informasi dapat berasal dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain

3. Mengevaluasi Alternatif (Alternative Evaluation)
Setelah berbagai macam informasi didapat maka konsumen akan mengevaluasi alternative yang ada untuk mengatasi permasalah yang dihadapi.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Setelah beberapa alternative strategis yang ada dievaluasi maka konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang actual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan

5. Evaluasi Pasca Pembelian (Post-Purchase Evaluation)
Proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apaka produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini akan terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap produk tersebut. Konsumen akan puas jika produk sesuai dengan harapan dan selanjutnya itu akan meningkatkan permintaan akan merk produk tersebut pada masa depan. Namun sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tidak sesuai dengan harapan dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan


FAKTOR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam suatu pengambilan keputusan tentu saja tidak lepas dari faktor-faktor yang memengaruhi, berikut ini terdapat beberapa factor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian

1. Motivasi (Motivation)
Merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu

2. Persepsi (Perception)
Merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut

3. Pembentukan Sikap (Attitude Formation)
Merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak suka seseorang akan suatu hal

4.  Integrasi (Integration)
Merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan atau respon atau sikap yang diambil

 PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN

        Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan Kardinal atau asumsi memiliki dasar sebagai berikut :
 a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur
 b. Makin banyak barang yang dikonsumsi makin besar kepuasan
 c. Terjadi hokum The Law of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasa setiap satu-satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun). Hokum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility Curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hokum gossen
 d. Tambahan kepuasan atau tambahan 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal sedangkan jika konsumen tidak memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka konsumen akan membayar dengan harga murah

2. Pendekatan Ordinal

Mendasar pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuntitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lainnya akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama, oleh karena itu muncul pendekatan ordinal yng menujukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent (kurava yang menggambarkan hubungan antara dua jenis barang dimana konsumen mendapatkan kepuasan yang sama pada tiap-tiap titik kombinasi kuantitas kedua jenis tersebut). Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal adalah untuk pengukuran indeks prestasi atau pengukuran yang sifatnya kualitatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.

1. Elastisitas Permintaan
Yaitu mengukur perubahan relative dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus). Tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan yaitu:
Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas harga(Ep) mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.
Faktor penentu elastisitas permintaan :
-     Tingkat kemampuan barang-barang lain untuk mengganti barang yang                                                 bersangkutan
-     Persentasi pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
-     Jangka waktu didalam mana permintaan itu dianalisa.
2. Elastisitas penawaran
Elastisitas penawaran didefinisikan sebagai ukuran kepekaan jumlah penawaran suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas penawaran mengukur persentase perubahan jumlah penawaran yang terjadi akibat persentase perubahan harga. Sebagai contoh, jika harga sebuah barang naik 10%, jumlah penawarannya naik 20%, maka koefesien elastisitas permintaannya adalah 20%/10% = 2. (Case & Fair, 1999: 119). Jumlah barang yang ditawarkan, dalam jangka pendek, berbeda dengan jumlah barang yang diproduksi, karena sebuah perusahaan biasanya tidak langsung menawarkan semua produknya ke konsumen, melainkan menyimpan sebagian produknya untuk dijual dikemudian hari (atau biasa disebut sebagai stok barang). Meskipun demikian, dalam jangka panjang, jumlah barang yang ditawarkan dianggap sama dengan jumlah barang yang diproduksi

(sumber : www.wikipedia.com dan staff.gunadarma.ac.id )

PERILAKU KONSUMEN



Nama: Rusliana
Kelas : 3EA03
NPM :1621501

Definisi Perilaku Konsumen
PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.[1] Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.Menurut John C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi berbagai produk,jasa dan pengalaman serta ide-ide.
Prilaku konsumen menurut para ahli :
Menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan untuk membeli, menggunakan serta mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli, juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk.(Rangkuti,2002:91)
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard, menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Perilaku konsumen dapat disarikan dari semua definisi diatas sebagai studi tentang proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam memilih, membeli,memakai serta memanfaatkan produk,jasa,gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat konsumen.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu pendapatan, selera konsumen dan harga barang. Setiap hari kita melakukan pemilihan atau menentukan skala prioritas karena kebutuhan yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia sangat terbatas. Konsep pemilihan ini merupakan perilaku mendasar dari konsumen. Konsep dasar perilaku konsumen menyatakan bahwa konsumen selalu berusaha untuk mencapai kegunaan maksimal dalam pemakaian barang yang dikonsumsinya. Kegunaan (Utility) adalah derajat seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan seseorang.
Jika dilihat dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang maka dapat dibedakan mejadi dua :

1. Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut :
·        Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen
·        Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen
·        Mutu barang terjamin
·        Harga sesuai dengan kemampuan konsumen

2. Perilaku Konsumen Irasional
Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu :
·        Tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik
·        Memiliki merk yang sudah dikenal banyak konsumen
·        Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon
·        Prestise atau gengsi

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku konsumen  adalah hal yang mendasari dalam suatu pengambilan keputusan. Biasanya sebelum maupun sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan yakni sebagai berikut :

1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)
Seorang konsumen akan membeli suatu barang atau produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.

2. Pencarian Informasi (Information Source)
Setelah konsumen memahami masalah yang ada maka konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi . proses pencarian informasi dapat berasal dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain

3. Mengevaluasi Alternatif (Alternative Evaluation)
Setelah berbagai macam informasi didapat maka konsumen akan mengevaluasi alternative yang ada untuk mengatasi permasalah yang dihadapi.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Setelah beberapa alternative strategis yang ada dievaluasi maka konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang actual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan

5. Evaluasi Pasca Pembelian (Post-Purchase Evaluation)
Proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apaka produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini akan terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap produk tersebut. Konsumen akan puas jika produk sesuai dengan harapan dan selanjutnya itu akan meningkatkan permintaan akan merk produk tersebut pada masa depan. Namun sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tidak sesuai dengan harapan dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan


FAKTOR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam suatu pengambilan keputusan tentu saja tidak lepas dari faktor-faktor yang memengaruhi, berikut ini terdapat beberapa factor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian

1. Motivasi (Motivation)
Merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu

2. Persepsi (Perception)
Merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut

3. Pembentukan Sikap (Attitude Formation)
Merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak suka seseorang akan suatu hal

4.  Integrasi (Integration)
Merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan atau respon atau sikap yang diambil



PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN

        Pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan Kardinal atau asumsi memiliki dasar sebagai berikut :
 a. Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur
 b. Makin banyak barang yang dikonsumsi makin besar kepuasan
 c. Terjadi hokum The Law of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasa setiap satu-satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. (Mula-mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun). Hokum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility Curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hokum gossen
 d. Tambahan kepuasan atau tambahan 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal sedangkan jika konsumen tidak memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka konsumen akan membayar dengan harga murah

2. Pendekatan Ordinal

Mendasar pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuntitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lainnya akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama, oleh karena itu muncul pendekatan ordinal yng menujukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent (kurava yang menggambarkan hubungan antara dua jenis barang dimana konsumen mendapatkan kepuasan yang sama pada tiap-tiap titik kombinasi kuantitas kedua jenis tersebut). Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal adalah untuk pengukuran indeks prestasi atau pengukuran yang sifatnya kualitatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.

1. Elastisitas Permintaan
Yaitu mengukur perubahan relative dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus). Tiga faktor penting yang mempengaruhi permintaan yaitu:
Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas harga(Ep) mengukur berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.
Faktor penentu elastisitas permintaan :
-     Tingkat kemampuan barang-barang lain untuk mengganti barang yang                                                 bersangkutan
-     Persentasi pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
-     Jangka waktu didalam mana permintaan itu dianalisa.

2. Elastisitas penawaran
Elastisitas penawaran didefinisikan sebagai ukuran kepekaan jumlah penawaran suatu barang dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas penawaran mengukur persentase perubahan jumlah penawaran yang terjadi akibat persentase perubahan harga. Sebagai contoh, jika harga sebuah barang naik 10%, jumlah penawarannya naik 20%, maka koefesien elastisitas permintaannya adalah 20%/10% = 2. (Case & Fair, 1999: 119). Jumlah barang yang ditawarkan, dalam jangka pendek, berbeda dengan jumlah barang yang diproduksi, karena sebuah perusahaan biasanya tidak langsung menawarkan semua produknya ke konsumen, melainkan menyimpan sebagian produknya untuk dijual dikemudian hari (atau biasa disebut sebagai stok barang). Meskipun demikian, dalam jangka panjang, jumlah barang yang ditawarkan dianggap sama dengan jumlah barang yang diproduksi

(sumber : www.wikipedia.com dan staff.gunadarma.ac.id )